May 21, 2009

Lihat Hujan

Aku sungguh menyesal keluar rumah kali ini. Hujan turun tiba - tiba dengan sangat deras dan saat itu aku sedang berada di jalan dan tidak ada tempat berteduh. Ah perasaanku tidak enak. Sepertinya akan terjadi sesuatu yang benar - benar akan merubah hidupku selamanya. Tapi aku belum tahu apa. Mungkin saja nanti aku akan dirampok oleh orang - orang yang putus asa dengan hidup mereka karena tuntutan hidup yang begitu tinggi, atau menerima kabar bahwa salah satu orang yang kukenal, atau bahkan keluarga dan kerabat dekatku sudah pergi selama - lamanya dari dunia ini.

Uhh, perjalanan masih lama, sebaiknya aku mampir dulu di suatu tempat untuk menghilangkan penat ini. Persetan dengan hujan. Sepertinya mini market itu cukup nyaman untuk dijadikan sebagai tempat berlindung dari hujan sialan ini. Akupun masuk dan menuju bagian minuman panas untuk membuat segelas kopi ditambah krim, tanpa gula. Setelah selesai melakukan transaksi di kasir aku duduk di depan mini market sambil menunggu ribuan molekul air yang turun dari langit ini berkurang jumlahnya. Ah kenapa harus air yang turun? Air hanya membuat tubuh kita menjadi basah, tidak bisa membantu jika kita sedang bersedih, tidak bisa membantu pekerjaan rumah, tidak bisa membantu jika kita sedang kesulitan, bahkan saat senang dan gembira pun dia tetap saja datang tanpa tahu apa yang terjadi, hanya datang, dan dia turun tanpa kita undang dan tiba - tiba, sungguh sangat tidak sopan.

Langit tidak menunjukkan tanda - tanda kejinakan. Apakah sebaiknya aku menunggu hujan ini reda atau terus melanjutkan perjalananku? Karena aku sudah sangat terlambat saat ini. Entahlah, aku terlalu lelah untuk berpikir, aku terlalu lelah untuk bergerak, aku terlalu lelah untuk semuanya. Kopi di gelas kertasku hanya tinggal sekali teguk, langit belum juga menunjukkan tanda - tanda kejinakan. Sebaiknya aku membeli segelas kopi lagi di dalam. Kali ini ditambah gula dan susu, tanpa krim.


Bandung 21092006

No comments:

Post a Comment