Mar 24, 2009

Balada Sepuluh Ribu

Saya paling benci simpan uang di dompet. Rasanya sungguh repot harus mengeluarkan uang lalu menyusun kembalian yang diterima, yang terkadang tercampur dengan sempurna sang uang kertas, uang receh sampai permen. Entah kenapa bawaannya kalau ada uang di dompet maunya dikeluarkan lalu disimpan di kantung celana (aki - aki pisan). Tapi nampaknya itu akan menjadi sejarah. Mulai detik ini.

Jadi sore tadi setelah menunaikan kewajiban menjalani kursus, karena perut belum terisi sejak nyonya meneer berdiri, dengan langkah penuh percaya diri saya mendatangi sebuah kios makanan yang terletak
di kawasan yang sungguh happening dengan berbagai macam toko yang menjual segala keperluan anak muda masa kini. Dengan langkah berani saya pun mengambil menu dan memesan seporsi modanyaki, karena saya YAKIN saya masih memiliki sisa Rp20.000,- di kantong tas bagian depan.

Makanan pun langsung dimasak, sembari duduk - duduk saya merogoh tas untuk memastikan bahwa ada seonggok uang disana, lalu mengambil si dua puluh ribu yang ada disana. Saat dibuka, samar - samar terlihatlah warna lembayung sang Sultan (itu yang di uang sepuluh ribuan, siapa sih namanya??) dan diambillah uang tersebut yang..........kok cuma selembar?

..............................
..............................
..............................
???!?!?!?!?!?!?!?!!!!????

SELEMBAR LAGI KEMANA??!?

Oh mungkin masih di dompet, coba dilihat dulu....

ga ada.

Oh mungkin di kantong celana, coba lihat lagi....

seribu....

Oh mungkin keselip di tas, coba lihat...

koin yang kalau ditotal Rp200,-

yang kalau semuanya dijumlahjamleh jadi 11ribu2ratus

Lihat menu lagi, harga makanannya Rp14.000,-

berarti kurangnya Rp 2.800,-

ah sedikit itu, bilang aja duitnya kurang, nanti balik lagi kesitu lunasi hutang...

Tapi MALUUUUUUUUU

Heu kenapa harus pas lagi sendiri, kalau lagi berdua bertiga berbanyak kan lumayan bisa pinjem kiri kanan tutup lubang, beres.

Apa kabur aja gitu.. pura - pura ke toilet dulu. Iya toilet BSM, Terus tanpa dosa tak pernah kembali lagi ke tempat itu happily ever after.

Makin ga beres, yang punya kios kan kenal sama saya, ga lucu kalau dia makin kenal gara - gara saya bayarnya kurang. Gajah selalu ingat (eh no offense, ini maksudnya istilah, heuu punten ci!)

Panjang umurlah karena sedetik kemudian sang empunya kios datang. Mulai keringat dingin. Sang empunya kios pun tersenyum, mengobrol ngalor ngidul sesaat, dan makanan pun jadi, sudah terbungkus rapi. Dalam waktu yang amat pendek itu saya putuskan untuk makan di tempat sambil mencoba mengirim sms S.O.S ke teman yang tadi siang baru saja bertemu.

"Di, dimana?"
Sms dikirim.
Sms masuk.
"Di rumah, ada si charlota sama aa-nya mo ngopy file cenah, knapa gtu?"
Sms dibalas.
"Kesini DONGG duit saya ilang, tapi saya udah keburu pesen makanan, huahahahaha malu berat nih."
heuheuheu... Tertawa getir.
Setelah berbalas pantun sms akhirnya sambil menunggu transfer uang via supra saya pun melanjutkan makan karena memang sudah lapar kelas terbang, sambil makan pelan - pelan biar ga ketauan mau bayar pake uang pinjeman. Dan kiriman pun datang.







Kenapa tadi ga pura - pura ayan aja yah?

No comments:

Post a Comment