Nov 28, 2009

Enough is Enough

Beberapa minggu lalu, ngg..beberapa bulan lalu, ada teman yang membaca disini, membaca setelah "beberapa bulan" yang dimaksud saya masih meluangkan waktu bersama mad hatter minum secangkir teh. Lupa lupa inget apa yang dibilang, tapi pada intinya adalah :
Update blog lagi dong!

Tanggapan saya waktu itu "yah, pasti! pasti kok, iya, nanti.....uhuh.......mmmm............." *semangat awalnya doang* dan lupalah saya. Sebenarnya saya mau saja langsung melakukan, melesat beraksi kucing hajar mamen, tapi sayang beribu sayang absent-minded + lazyness bertandang rutin. Nampaknya ini alasan kenapa saya punya banyak draft disini. Banyak sekali celotehan - celotehan yang ingin diucapkan, tapi kadang - kadang saya lebih sering merasa itu ide buruk (geer lu, belom juga ada yang baca), membuat saya pada akhirnya menyimpan, menyimpan, dan menyimpan, dan menyimpan, dan menyimpan sampai saya lihat film ini :

Disini diceritakan Julie Powell yang hidupnya bagai Inul tanpa goyang ngebor, pekerjaan membosankan, teman beda voltase yang mungkin kalau dipaksakan dicolok bisa korslet, segala hal yang membuat dia berpikir untuk mewarnai hidupnya yang monokrom dengan mencoba memasak 524 resep masakan prancis yang dibuat Julia Child dalam waktu 1 tahun dan diabadikan dalam blog, yang lalu dipertanyakan oleh suaminya, kenapa harus 1 tahun? Karena dia harus punya tujuan, tantangan untuk mencoba semuanya dalam waktu 1 tahun, itulah ambisinya. Bagai tisereleu saya pun bertanya ke diri sendiri, dan jawaban yang didapat adalah saya masih berada di titik yang itu saja.

I have no ambition.

Tadinya saya berpikir ambisi itu hanya diperuntukan bagi orang - orang penggiat kegiatan yang tak boleh disebut namanya yang menghalalkan segala cara agar bisa naik sampai tingkat singa terbang. Itu pikiran bodoh. Siapapun harus punya ambisi. Mereka dilahirkan untuk itu. Kalau tidak punya ya silahkan minta tidak dilahirkan, itu juga kalau kamu adalah kappa. Mungkin setelah ini pandangan saya terhadap sebuah kata sifat berjudul ambisi mulai bergeser, walau tetap saya sangat tidak menyukai over-ambitious people yang senang dengan histeria dan depresi berat ketika mendapat bukan nilai ujian sempurna (baca : 80). Terlihat amat sangat tidak mensyukuri, dan egois. Correct me if i'm wrong, but I just hate it. Ayolah, jangan terlalu merasa bersalah dengan itu. Amat sangat klise, tapi nobody's perfect, you simply just can't get out of that. So, please remind me to have one just in case I forgot it.

Okey! mulai dari sini dulu, posting setidaknya seminggu satu, nampak tidak terlalu sulit, lebih banyak malah lebih baik, malu sama blog archive, pertama aja rajin, kesini sini keok.

rasarasanya kayak ngumpulin niat buat kuliah, huahahahaha.

No comments:

Post a Comment